Renungan Rabu, 13 April 2016
Peringatan St. Martinus
Warna Liturgi Putih
Pribadi manusia adalah kekosongan yang perlu diisi, suatu kelaparan yang
tidak akan terpuaskan oleh apa saja selain Allah. Jika ia membuat hidupnya berakar
pada susuatu yang lain selain Allah, misalnya kekuasaan, uang, pujian dan kekayaan,
maka ia akan mengalami krisis di dalam hidupnya, karena semuanya itu adalah
‘roti atau makanan’ yang hanya membuat kenyang, tidak abadi.
Melalui bacaan Kitab Suci hari ini, secara khsusus dalam bacaan Injil,
Yesus mengajak kita untuk mencari bukan sekadar yang fana, yang hanya sekadar
kenyang, melainkan yang abadi, yang berasal dari Allah. Perkataan Yesus dalam
bacaan Injil hari ini, hendak mengingatkan kembali akan peristiwa manna di
pandang gurun, saat bangsa Israel keluar dari Mesir. Betapapun manna itu adalah
roti yang turun dari Surga, namun bukanlah roti abadi, yang memberi hidup.
Roti yang abadi itu adalah Yesus Kristus sendiri, Dia yang diutus Allah,
yang dimeteraikan-Nya. Dia adalah roti hidup yang memberikan keselamatan dan
kehidupan kekal. Karenanya undangan pertama yang diberikan di situ adalah
undangan untuk percaya. Untuk bisa makan roti itu, maka iman menjadi syarat
dasar. Ekaristi dengan demikian adalah tanda iman untuk bisa bersatu
dengan-Nya, karena menyantap-Nya, maka orang harus terlebih dahulu percaya,
menerima Dia. Ekaristi adalah sakramen kesatuan, terutama dengan Kristus Yesus
sendiri, menjadikan Dia tinggal dalam kita, dan kita di dalam Dia. Menerima Dia
yang menjelma dalam roti dan anggur adalah masuk ke dalam persekutuan hidup
dengan-Nya sendiri. karenanya, Pribadi Yesus adalah yang menjadi inti dan dasar
dari pengertian Ekaristi. Oleh karena itu, masuk ke dalam persekutuan
dengan-Nya, dengan makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya, kita akan memiliki
hidup, hidup yang berkelimpahan.
Santo Yohanes Paulus II dalam Mane
Nobiscum Domine menuliskan bahwa perjumpaan dengan Kristus, yang secara
terus menerus diperdalam dan diperkukuh dalam Ekaristi, mendorong Gereja dan
umat Kristiani untuk senantiasa semakin tergerak untuk memberikan kesaksian dan
mewartakan iman. Maka ambil bagian dalam Paskah Kristus senantiasa berarti
ambil bagian dalam perutusan sebagai pewarta kabar kasih dan sukacita. Seperti
Yesus sendiri datang untuk membawa sukacita kepada kita. Ia datang untuk memberikan
kehidupan, kebahagiaan, dan keselamatan. (Fr. Abel Kelitadan).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar