Renungan Rabu, 27
April 2016
Hari Biasa Pekan
V Paskah
Warna Liturgi Putih
Sudah menjadi
pengetahuan kita bahwa ranting tidak mungkin dapat hidup kalau tidak menyatu
dengan pokok pohonnya. Ia akan mati karena tidak memperoleh asupan garam dan
mineral dari pokok pohonnya. Jadinya, akan dibuang dan dicampakkan orang ke
dalam api lalu dibakar.
Hari ini, Tuhan
Yesus menggambarkan diriNya sebagai pokok anggur dan kita adalah
ranting-ranting dari pokok anggur itu. Sebagai ranting, posisi kita adalah
melekat erat dengan pokok anggur, yaitu Tuhan Yesus. Sebagai ranting,
keberadaan kita adalah menyatu dengan pokok anggur, yaitu Tuhan Yesus. “Tinggallah
di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat bertumbuh
dari dirinya sendiri, demikian juga kamu tidak dapat bertumbuh jika kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku,
ia akan berbuah banyak. Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh
15:4-5). Di bagian lain, Tuhan Yesus menggambarkan posisi dan keberadaan ini
dengan cara lain:
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku
dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup
oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” (Yoh 6:56-57).
Konsekuensinya,
kita sebagai pengikut Tuhan Yesus, memiliki kewajiban untuk mengambil bagian di
dalam Dia, tak terpisahkan dan hidup dariNya. Tinggal di dalam Dia memiliki
jaminan, yaitu menghasilkan buah yang banyak. Ini sekaligus suatu hardikan bagi
egoisme yang menarik kita keluar dari sang pokok anggur, yaitu mengandalkan
diri sendiri. Ingat, di luar Tuhan Yesus, kita sama sekali tidak dapat berbuat
apa-apa. Ingat juga bahwa mengambil bagian di dalam Dia sama dengan menerima
Tubuh dan DarahNya sebagai makanan surgawi yang menjamin hidup kita di dalam
Dia. Tentang ini, Gereja mengajarkan demikian:
Sejak awal, Yesus membiarkan para murid-Nya mengambil bagian dalam
kehidupan-Nya (Bdk. Mrk 1:16-20; 3:13-19). Ia menyingkapkan bagi mereka misteri
Kerajaan Allah (Bdk. Mat 13:10-17) dan memberikan mereka bagian dalam
perutusan-Nya, dalam kegembiraan-Nya (Bdk.Luk 10:17-20) dan dalam kesengsaraan-Nya
(Bdk. Luk 22:28-30). Yesus berbicara mengenai hubungan akrab antara Dia dan
mereka, yang mengikuti Dia: “Tinggallah
di dalam Aku dan Aku di dalam kamu… Akulah pokok anggur dan
kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:4-5). Dan Ia menyatakan satu persekutuan
yang penuh rahasia dan real antara tubuh-Nya dan tubuh kita: “Barang siapa makan daging-Ku dan
minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”
(Yoh 6:56). [KGK 787].
Akhirnya kita
tiba pada satu kata kunci, yaitu ‘keselamatan,’ yang hanya ada di dalam Tuhan
Yesus. Untuk memperoleh keselamatan itu, Tuhan Yesus sendiri pertama-tama mengundang
kita untuk datang kepadaNya, layaknya para muridNya. Sesaat ketika kita
mengarahkan jiwa dan raga, melangkahkan kaki, dan berjalan mengikutiNya, Kerajaan
Allah secara perlahan-lahan disingkapkan oleh Tuhan Yesus kepada kita. Saat itu
pula keakraban tercipta, keintiman dipelihara, dan orang tidak lagi merasa
untuk pergi dari Tuhan Yesus. Kesatuan? Itu sudah pasti! Sebab undangan itu
menjadi awal kita berjalan menuju sumber hidup sejati, yaitu Tuhan Yesus. Ekaristi?
Itulah perjamuan yang diprakarsai oleh Tuhan Yesus bagi kita, Gereja Katolik;
dikenangkan setiap saat dan di mana pun kita berada. Itulah kesatuan kita
denganNya ketika mulut kita mengecap Tubuh dan DarahNya, makanan surgawi. Itulah
kesatuan kita di dalam sengsara dan pengorbananNya di kayu salib. Kita hidup dari
Dia, dan berbuah karena Dia. Pokok anggur dan ranting adalah satu, sama seperti
kepala dan tubuh adalah satu, yaitu Tuhan Yesus dan GerejaNya adalah satu. (Fr. IEC).
(Picture: www.pinterest.com).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar