Bukan iman ‘tomisme’ tapi iman teguh



Renungan Minggu, 3 April 2016
HARI MINGGU PASKAH II
Warna Liturgi Putih

Berbekal iman, hidup menjadi lebih bermakna, berbekal kejahatan hidup menjadi lebih suram. Saudara terkasih dalam Tuhan, iman menjadi salah satu aspek terpenting dalam kaca mata hidup rohani maupun spiritual karena dengan iman, kita dapat diselamatkan dan oleh karena iman kita pun dibenarkan di hadapan Allah. Iman tak lain menuntut pertanggungjawaban dari kita masing- masing guna membangun sikap percaya yang teguh akan penyelenggaraan Ilahi Kristus dalam hidup kita. Dengan iman, kita akan dibantu untuk  memahami dan mengerti akan realitas Ilahi yang sungguh tak dapat terselami oleh alam pikiran dan budi manusia. Berbekal iman, hal-hal yang di luar pikiran kita atau yang transenden dapat kita selami. Tanpa iman yang teguh, keyakinan akan realitas ilahi akan sulit untuk dipahami dan dimengerti. 

Pengalaman Thomas dalam Injil hari ini mengetengahkan satu hal yakni ketidakpercayaannya atau keraguannya akan kebangkitan Kristus. Ketidakpercayaannya itu muncul karena ia sendiri tidak mengalami peristiwa yang dialami oleh para murid yang lain ketika Tuhan datang dan menampakkan diri kepada mereka dengan berkata: damai sejahtera bagi kamu. Saat itu Thomas tidak menjadi bagian dalam peristiwa penampakan itu. Karena itu, ketika diberitahu oleh murid yang lain bahwa Yesus telah bangkit, Thomas tidak percaya. Keragu-raguan Thomas itu kemudian terjawab ketika ia mencucukan jarinya ke tangan dan lambung Yesus.

Sikap kurang percaya dari Thomas ini tak lain mewakili juga sikap kita manusia, yang kadangkala kurang percaya akan karya-karya Tuhan yang sungguh besar dalam setiap peristiwa hidup kita. Bahwa acap kali kita lebih percaya akan kekuatan pribadi kita semata daripada percaya akan kehendak Allah. Peristiwa kebangkitan mengajak kita untuk mempertebal lagi iman kita akan Kristus Yesus yang bangkit. Bahwa iman kita harus bertumbuh dan menghasilkan buah yang banyak bukannya kering dan dangkal. Orang kristiani tidak butuh iman yang kerdil dan kosong.  Orang kristiani yang sejati justru bertumbuh pada iman yang teguh dan harapan yang kokoh akan Kristus dalam situasi dan keadaan apa pun. Hanya dengan iman yang teguh kita akan mampu untuk melihat dengan jelas rencana Allah dalam setiap peristiwa hidup kita.

Pesta kerahiman ilahi yang kita rayakan juga hari ini, mengingatkan kita bahwa melalui tangan dan lambung Yesus yang tertikam, yang diperlihatkan-Nya bagi para murid, mengalirlah berbagai rahmat dan kurnia Allah bagi manusia. Betapa berbahagianya kita bahwa berkat iman kita akan Kristus, mengalirlah rahmat penebusan yang berlimpah-limpah. Berkat iman yang teguh pula, para murid diperbolehkan untuk menyaksikan kemahakuasaan Allah lewat peristiwa kebangkitan dan penampakanNya. Semoga kita pun berkat iman kita, kelak diperbolehkan melihat Tuhan dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (Fr. Sandro Kafroly).



Tidak ada komentar :

Posting Komentar