Iman dan Perbuatan
Rrenungan Selasa, 22 April 2016
Hari Biasa Pekan VI Paskah
BcE Kis, 13:26-33; Mzm. 2:6-7,8-9,10-11; Yoh. 14:1-6.
Warna Liturgi Putih
Sesaat sebelum Yesus wafat, Ia berbicara tentang “kebenaran”. Masih
ingat dialog Yesus dan Pilatus di gedung pengadilan? Yesus berkata: “Engkau (Pilatus) mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk
itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang
kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
Kata Pilatus kepada Yesus: “Apakah
kebenaran itu?” (Lih. Yoh. 18:37-38). Dialog terputus karena sesudah
menanyakan “apakah kebenaran itu?” Pilatus berjalan keluar gedung pengadilan.
Bacaan hari ini, pada masa paskah ini, seolah merupakan kesinambungan
dari dialog yang terputus itu. Seorang filsuf boleh saja memberi jawaban
filosofis terhadap pertanyaan: Apa itu
kebenaran? Tetapi Yesus menjawab : “Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup.” Yesus adalah jalan menuju kebenaran dan Ia
pulalah kebenaran itu sendiri. Kepada Pilatus, Yesus berkata: “Setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suara-Ku” Penegasan ini pararel dengan kata-kata Injil hari
ini: “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti
kamu juga mengenal Bapa-Ku.”
Hal ini berarti: “Diluar Kristus,
tidak ada keselamatan”. Di luar Yesus, tidak ada keselamatan. Yesus adalah
jalan menuju kebenaran dan hidup (kekal). Bukan sekedar jalan, Ia adalah
kebenaran itu sendiri. Bukan hanya itu, Yesus adalah juga kehidupan kekal itu
sendiri. Diluar Yesus, tidak ada kehidupan kekal. Percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku
banyak tempat tinggal. Saudaraku, inilah kabar gembira yang sungguh
merupakan anugerah terbesar dan terindah bagi semua umat beriman akan Kristus.
Hal ini jangan ditafsirkan artinya hanya iman (Sola Fides), karena “Jika
iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”
(Yak. 2:17). Jadi, bukan “hanya iman” (Sola
Fides), tetapi yang benar ialah “iman dan perbuatan” (Fides et Actio). Hal lain yang
paling penting ialah “iman dan perbuatan”
tersebut harus lahir dari rahim Gereja, tumbuh dalam persekutuan komunitas
gerejawi. Karena dalam upacara pemecahan roti (Ekaristi Kudus) iman dan
perbuatan itu disempurnakan. Sebagaimana telah dimulai sejak Gereja Perdana
yang dipimpin Petrus, Paus pertama kita. (Fr. Erton Refra).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar