Renungan Sabtu, 19 Maret 2016
Hari Raya St. Yusuf Suami Sta. Perawan Maria
2 Sam. 7:4-5a, 12-14a,16: Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm 4:13,16-18,22; Mat. 1:16,18-21, 24a atau Luk. 2:41-51a.
Setiap orang pasti memiliki keluarga. Keluarga batiniah
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Karena keluarga seseorang lahir dan
dibersarkan di dalamnya. Yesus pun demikian. Pertumbuhan Yesus sebagai anak
tidak lepas dari peran Yusuf dan Maria sebagai orang tua. Keluarga Yesus
dialamatkan sebagai keluarga Kudus di Nazaret. Keluarga suci dan taat pada
aturan agama. Dalam bacaan Injil, dikisahkan bagaimana Yesus yang sudah berumur
12 tahun diajak orang tua-Nya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Saat mereka
kembali ke Nazaret, Yesus tertinggal. Selaku orang tua mereka kembali ke
Yerusalem dan mencari Yesus. Keduanya menunjukkan betapa tanggungjawab dan
cinta di antara mereka. Selama tiga hari mereka menemukan Dia di dalam Bait
Allah. Di dalam Bait Allah, Yesus sementara berdiskusi dengan para alim ulama.
Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala
jawaban yang diberikan-Nya.
Ketika mereka menemukan Yesus ada di Bait Allah,
respon Maria tampak tercengang dengan mengatakan: “Nak, mengapa Engkau berbuat
demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku cemas mencari Engkau”. Jawaban Yesus
juga sederhana: Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus
berada di dalam rumah Bapa-Ku? Di tempat inilah Yesus menyadari diri-Nya
sebagai Anak Allah. Ia mewartakan makna hidup-Nya. Ia menyatakan keutamaan
panggilan Allah dalam misi-Nya. Yesus pun respek terhadap orang tua-Nya dan Ia
pulang bersama mereka ke Nazaret. Kiranya kisah Injil ini, kita diajarkan
melalui kehidupan Yesus akan tanggungjawab dan kasih sayang orang tua dalam
membesarkan dan mendidik anak-anak. (Fr. Basty Takndare)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar