Renungan Minggu, 06
Maret 2016
HARI MINGGU PRPASKAH IV
Dosa serta merta menjauhkan manusia dari Allah. Pilihan untuk melanggar
rencana dan kehendakNya berakibat buruk bagi dirinya sendiri. Barangkali ia
tinggal dalam kebahagiaan, tetapi kebahagiaan itu semu, ia tinggal dalam
kesenangan, tetapi kesenangan itu semu, ia tinggal dalam zona nyaman, tetapi
itu juga semu; hanya untuk dirinya dan bukan untuk keselamatannya kelak. Meski demikian,
dalam keadaan yang terjepit itu, Allah masih membuka kesadaran untuk berbalik,
menyadari kedosaannya dan kembali kepada Allah, sumber hidupnya.
Inilah yang ditampilkan oleh anak bungsu hari ini dalam perumpamaan yang
diceritakan oleh Yesus. Si bungsu itu pergi ke tempat yang jauh, meninggalkan
ayahnya, dan memuaskan dirinya dengan bagian harta miliknya yang diberikan oleh
sang ayah. Apa yang terjadi? Semua itu hanya terjadi dalam rentang waktu yang
singkat, lalu ia pun menjadi orang yang melarat. Dalam kemelaratan itu, ia
menyadari keberadaannya, menyesali semua kesalahannya dan mengayunkan langkah
untuk kembali kepada bapanya, rumah, tempat ia berasal.
Allah sungguh baik hati; Ia baik karena meskipun manusia berdosa, Ia tetap membisikan
dalam hati manusia untuk bertobat. Pertobatan itu mengandaikan adanya kesadaran
atas dosa yang diperbuat dan mengambil keputusan untuk kembali kepadaNya. Ia senantiasa
membuka tanganNya, menyambut, dan memperlakukan dengan baik setiap orang yang
kembali kepadaNya. Maka marilah kita membuka diri bagi Allah, sadara akan
keberdosaan kita, dan memantapkan komitmen untuk kembali kepadaNya, lalu berdamai
denganNya, seperti kata Santo Paulus. Sesungguhnya, ketika kita kembali
kepadaNya, berdamai denganNya, kita menjadi ciptaan baru: yang lama sudah berlalu
dan yang baru sudah datang (2Kor. 5:17).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar