"Seminari" menjadi dapur pendidikan/pembinaan dan ilmu pengetahuan. Ia sangat 'menentukan' masa depan calon-calon imam. Pengalaman pastoral paroki sang Imam menjadi acuan dan permenungan ini. Terima kasih buat Pastor Simon Matruty, Pr yang telah membagikan pengalamannya untuk kami. Itu sangat membantu dan memacu untuk maju terus dalam menjawab panggilan Tuhan.
(Beberapa menit setelah Rekoleksi Bulanan, di Kapel Seminari Tinggi Ambon)
Pastor menyadari bahwa seminari amat membantu para calon imam ketika kelak menjadi imam, khususnya imam di Kesukupan Amboina. Saya perlu bertanya: apakah saya sudah seperti Yesus, yang berjalan keliling mewartakan kebaikan dan mengajarkan kebenaran?, apakah saya sudah keluar dari zona nyaman? Tempat tinggal Yesus adalah jalan, komunitas Yesus adalah jalan. Ia selalu bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu kunci pastoral paroki adalah menganalisis dan memahami 'kebutuhan umat'. Selanjutnya, melihat diri, saya punya apa? bakat apa yang saya miliki? apa yang bisa diharapkan dari saya untuk diberi? Maka perlulah yang namanya, manegemen diri, memahami karakter dan kebiasaan pribadi sehingga menemukan kekuatan untuk menjawab kebutuhan umat.
Hal pokok yang tidak boleh dilupakan dari semua itu adalah being seorang pastor. Itu tidak lain adalah "kegembiraan sebagai seorang pastor, imam Allah". Karenanya, Ekaristi, Doa, Refleksi dan Pertobatan itu penting!
Tuhan yang memberikan rahmat Tahbisan, maka pasti Ia membantu setiap imamNya dalam karya pastoral dan pelayanan. Kelemahan kita akan mendatangkan kuasa Roh Kudus yang menguatkan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar