|
|||||
Hari ini Gereja
merayakan Tritunggal Mahakudus. Lengkaplah sudah kita menyaksikan pewahyuan
Allah dalam diri Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Dalam nama Tuhan Allah, kita
memulai dan mengakhiri doa di setiap lika-liku kehidupan kita. Dengan ‘tanda’
ini pula seorang Imam menguduskan awal dan akhir kehidupan duniawi. Inilah inti
iman Kristen sejati yang dihidupi berabad-abad lamanya yang dari kekal sampai
kekal akan terus menjadi tumpuan kehidupan manusia. Seluruh kehidupan orang
Kristen termeteraikan dalam hakekat Allah yang mencipta, berkorban dan
menginspirasi kebaikan-kebaikan ilahi.
Memang perlu
diakui bahwa kebanyakan orang Kristen cenderung sulit, bahkan seringkali secara
malas tahu bagaimana persisnya Allah Tritunggal itu. Sementara orang-orang
non-Kristen cenderung menganggap monoteisme Kristen kabur karena ‘memiliki tiga kodrat Allah dalam satu hakekat’. Sejarah Gereja merekam
amat banyak ahli Gereja yang berusaha menjelaskan siapa persis Allah
Tritunggal, namun semua berakhir pada ‘kemahakuasaan Allah dan
ke-amat-kerdil-an manusia’ untuk memahami Allah. Sebut saja St. Thomas Aquinas,
seorang Doktor Gereja, menyuruh para muridnya untuk membakar karya-karya
tulisnya yang luar biasa hebat, karena dalam suatu penampakan ia melihat Allah
Tritunggal. Aquinas menyadari karya tulisnya tak berarti sama sekali untuk
menjelaskan Allah Tritunggal. Sementara St. Agustinus, seorang Pujangga Gereja,
mengalami pertemuan dengan seorang anak misterius di tepi pantai. Anak itu
ingin memasukkan seluruh air laut ke dalam lubang kecil di pasir yang
menyadarkan Agustinus bahwa tak mungkin ‘memasukkan’ Allah Tritunggal dalam
otak yang sangat kecil dan terbatas. Dari masa ke masa Allah Tritunggal
tetaplah sebuah misteri yang memang hanya bisa diimani dengan pemahaman yang
penuh keterbatasan betapapun sistematisnya konsep-konsep tersebut.
Memahami Allah
dan kebenaran-kebenaran tentang-Nya memang penting. Namun, lebih penting lagi
melakukan apa yang Allah perintahkan! Perintah Allah ialah kasihilah Tuhan Allah dan sesama. Janji Yesus kepada
murid-murid-Nya tentang Roh Kebenaran meneguhkan para murid-Nya untuk berani
menjadi saksi dari semua yang telah Ia sabdakan dan lakukan berlandaskan kasih.
Kasih, merupakan satu-satunya hal yang Allah kehendaki terjadi di dunia
sebagaimana “karena begitu besar kasih-Nya akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan
Putera-Nya yang tunggal supaya semua orang beroleh hidup yang kekal”. Kasih,
yang Yesus katakan dan pratekkan secara nyata harus menjadi pedoman utama dan
pertama setiap orang Kristen yang ingin memahami Allah. Sebab, Allah adalah
kasih! Memahami Allah berarti mengasihi dan berbelas kasih. Kasih merupakan
kunci kebenaran akan Allah.
Baik sekali
jika kita ingin mencari kebenaran iman tentang Allah. Tetapi lebih utama kita
harus mempraktekkan iman itu kepada sesama. Berbicara kepada Allah harus sepadan dengan berbicara tentang Allah kepada orang lain. Dan biasanya ‘suara’ tindakan
kasih itu lebih nyaring dari susunan kata-kata penjelasan tentang kasih. Iman
kepada Allah harus dibuktikan melalui kasih kepada Allah dan sesama. Oleh
karena itu setiap insan Kristiani berkewajiban untuk yang memiliki sikap-sikap
keilahian yang adalah kasih: murah hati seperti Bapa, rela berkorban seperti
Putera, dan berjiwa inspiratif pembawa sukacita berlandaskan belas kasih
seperti Roh Kudus. Tahun Kerahiman yang dicanangkan Paus Fransiskus (8 Des.
2015 – 20 Nov. 2016) sesungguhnya menjadi kesempatan bagi setiap orang Kristen
untuk mengembangkan nilai-nilai keilahian yang luhur ini. Jangan takut untuk
melakukan kasih, sebab Allah tidak buta. Ia selalu memperhatikan menyertai
mereka yang gigih melawan kelaliman, berani memeluk seorang sakit, tidak jijik
makan dengan seorang pengemis, tanggap terhadap sesama yang berkekurangan,
memberi makan kepada yang lapar, memberi minum kepada seorang peminta-minta,
memberi tumpangan kepada seorang asing, mengunjungi orang-orang sakit dan
terpenjara. Siapa tahu, Allah sedang menunggumu dalam diri seorang yang penuh
derita dan kesusahan. (Fr. AL).
|
HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar