Renungan Rabu, 25 Mei 2016 Hari Biasa
BcE: 1Ptr.1:18-25; Mzm.
147:12-13, 14-15, 19-20; Mrk. 10:32-45.
Warna Liturgi Hijau
Hari ini
Tuhan Yesus melalui penginjil Markus mengetengahkan kepada kita dua tipe
pemimpin dunia. Tipe pertama, yakni penguasa. Penguasa yang dimaksudkan
oleh-Nya, yaitu pemimpin dengan kualitas kepemimpinan yang keras. Yesus
menyebut pemimpin-pemimpin yang demikian sebagai pemimpin yang memerintah
bangsanya dengan tangan besi; dengan kuasa yang otoriter dan berlebihan, serta
mengorbankan semua yang lemah untuk tunduk pada kekuasaannya. Sedangkan tipe
kedua, yakni pelayan. Pelayan seringkali identik dengan hamba. Dia yang
melayani tuannya. Seorang pelayan atau hamba senantiasa melakukan apa yang
dikehendaki oleh sang tuan. Inilah tipe pemimpin yang dikehendaki oleh Yesus.
Bagi Dia kriteria pemimpin ideal: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mrk.
10:43-44).
Yesus
sengaja membalikan kebiasaan pemimpin-pemimpin pada zaman-Nya dan keinginan dua
saudara Yakobus dan Yohanes akan model hidup yang mereka pilih dan jalankan.
Mereka yang terlalu sibuk dengan keinginan untuk keselamatan dan kebahagiaan
mereka sendiri, sebaliknya tidak mengindahkan orang lain. Yesus juga
memperingatkan yang lemah dan murid-murid lain untuk tidak memberontak atau
melawan, tidak juga menunjukkan sikap marah tanpa tahu apa yang harus mereka
jalankan dalam hidup mereka. Dia ingin agar setiap pengikut-Nya bisa
menempatkan diri sebagai pelayan dan hamba bagi sesamanya. Inilah sebuah
fenomena dunia: antara pelayan (hamba) dan “tangan besi.”
Saudaraku,
jadilah pelayan dan hamba Kristus bagi sesamamu! Sejenak lepaskan perasaan akan
menjadi rendah diri, bila menjadi pelayan dan hamba. Jadilah pelayan dan hamba dalam keluarga,
lingkungan kerja, dan dalam seluruh konteks hidup. Buatlah dengan penuh
kesungguhan tanpa embel-embel pencitraan. Sebab hanya sikap pelayan dan hamba
yang mampu meluluhkan sikap tangan besi. Bercerminlah dari banyak pemimpin dan
tokoh-tokoh telah mengamalkan pesan Yesus ini. Bukan kehormatan semata yang
mereka cari tetapi kebahagiaan semua orang. Sangat miris, saat mereka semakin
besar, “si tangan besi” sering merong-rong bahkan selalu mencari-cari kelemahan
dan memfitnah mereka. Jangan biarkan dirimu ada dalam dilema antara
pelayan dan “tangan besi”. Tempatkanlah
dirimu pada posisi yang tepat, yakni menjadi pelayan dan hamba Kristus yang
sejati, yang membawa sebagian besar orang merasakan kerahiman Allah di tengah
dunia. Amin. (Fr. Yoppy_Lam).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar