Tidak Sesat & Menjadi Kudus



Selasa, 23 Agustus 2016 (Pekan Biasa XXI)
BcE 2Tes. 2:1-3a,13b-17; Mzm. 96:10,11-12a,12b-13;
Mat. 23:23-26. BcO Tit. 3:3-15
Warna Liturgi Hijau

Yesus mengecam kepalsuan hidup keberagamaan para pemuka agama Yahudi. Betapa berbahayanya ketidakaslian sikap dan kekacauan fokus untuk mencapai Tuhan. Mereka menepiskan nilai-nilai surgawi dan malahan meminum habis racun duniawi. Yesus mengecam para pemuka agama Yahudi tersebut karena merekalah yang seharusnya menjadi teladan, tetapi ditelan oleh kerakusan, sikap masa bodoh dan ketertutupan hati. Inilah penyebabnya sehingga nilai-nilai ilahi juga tertutup untuk mereka yaitu keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Ketika para pemuka agama hidup demikian, maka umat juga disesatkan dalam cara yang sama.

Rasul Paulus memperingatkan umat di Tesalonika supaya berhati-hati terhadap ajaran yang tidak benar. Jangan sampai mereka disesatkan oleh teladan hidup yang tidak otentik. Sebab teladan hidup dan ajaran keselamatan sesungguhnya sudah ditunjukkan dan dikumandangkan oleh Yesus sendiri. Para Rasul ialah orang-orang yang telah melihat kesejatian hidup Kristus yang datang dari Allah, yang datang untuk menyelamatkan dan menguduskan dunia bukan menyesatkannya. Maka itu, Paulus menekankan pentingnya berpegang teguh pada ajaran para Rasul (tradisi apostolik), seperti yang sering kita doakan dengan mantap dalam Credo Nicea-Constantinopel, “Aku percaya akan […] Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik”.

Sepajang zaman, dan sekarang ini juga, muncul berbagai macam ajaran yang mengklaim diri sebagai yang asli ajaran Kristus. Ajaran manakah yang Anda imani? Siapa yang mengajarkannya? Bagaimanakah cara ia mewartakan dan menghidupinya? Pengajaran yang berapi-api? Khotbah yang panjang-panjang? Lagu-lagu dengan tepuk tangan meriah diiringi band dan paduan suara yang melompat-lompat sepanjang ibadah?

Pilihlah dan tinggallah di dalam Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri; Gereja yang konsisten menjaga kesatuannya dengan Allah dan manusia; Gereja yang selalu menghindari perpecahan; Gereja yang memperhatikan keaslian ajaran Kristus dari para Rasul; Gereja yang memiliki teladan hidup unggul dan nyata orang-orang kudus dari masa ke masa; Gereja yang tetap bertahan walaupun diterpa badai sekualarisme yang dashyat. Kalau ada kaum tertentu yang mengatakan ajaran para Rasul tidak benar, janganlah percaya! Sebab kita seharusnya mempercayai suatu tradisi yang berasal dari saksi-saksi sejati yang pernah hidup “bersama dengan” Yesus, bukan? Tentulah kita tidak akan mempercayai pengajaran dari orang-orang yang tidak hidup dekat dengan Kristus, yang bahkan yang mengalami perpecahan! Kita harus mempercayai para saksi yang hidup berdekatan dengan Kristus, bukan para saksi yang mengamat-amati-Nya dari jauh. Karena itu Paulus menegaskan, “Berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kalian terima dari kami.” (2Tes. 2:15) Yang Paulus maksudkan dengan “kami” ialah para Rasul yang hidup dan meneladani Kristus secara langsung.

Jadi, kita sekarang memiliki ajaran yang benar-benar asli dari Kristus seperti kesaksian hidup para Rasul, maka kita patut hidup pula seperti Dia: asli, suci, murni, sejati, tiada bercela. Tidak ada kepalsuan dalam diri-Nya. Mari berusaha, supaya sebagai orang-orang yang telah diselamatkan Allah dalam Kristus melalui pembaptisan kitapun wajib mengutamakan nilai-nilai surgawi, tidak mudah termakan pengajaran sesat dan hidup kudus di hadapan Allah persis seperti Kristus sendiri.

Damai Kristus selalu beserta kita.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar