Rabu, 24 Agustus 2016
Pesta
St. Bartolomeus Rasul (Warna Liturgi Merah)
Why.
21:9b-14; Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18; Yoh. 1:45-51.
BcO
Kis. 5:12-32 atau 1Kor. 1:17-2:5 atau 1Kor. 4:1-16
Sabda Yesus tentang Natanael, “Lihat, inilah seorang
Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” sungguh-sungguh menggambarkan
kualitas pribadi seorang saksi Allah yang sejati. Natanael, yang kemudian
menjadi Rasul Bartolomeus, menjadi istimewa bagi Yesus sejak perjumpaan
pertama. Yesus melihat kedalaman diri Bartolomeus sebagai seorang yang tulus
hati dan murni jiwa. Sabda Allah menjadi lahan pekerjaannya sehari-hari.
Bartolomeus ialah anak Tolmai, seorang petani dari desa
Kana. Keluarga Tolmai ialah pekerja keras. Mereka memiliki kebun anggur dan
pohon ara. Sebagai petani yang ditempa alam yang ganas, Bartolomeus menjadi
seseorang pekerja yang giat dan tak kenal lelah. Ia tegar dan tidak mudah
mempercayai sesuatu.
Namun perjumpaanya dengan Filipus sahabatnya di bawah
pohon ara, yang bercerita tentang Yesus, mengubah hidupnya. Awalnya Bartolomeus
mempertanyakan “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Sebab
Nazaret itu desa kecil, terpencil, dan tidak berpengaruh dibandingkan dengan
kota Kana tempat orang-orang kaya dan berpengaruh bermukim. Meskipun bernada
ragu-ragu, Bartolomeus memahami dengan
benar isi Taurat. Sudah lama orang-orang Israel menantikan seorang pembebas
sejati seperti Musa. Setiap saat orang Israel merenungkan ‘janji’ Allah ini
dengan iman dan harapan teguh di mana saja mereka berada, entah itu di tempat
tidur pada malam hari atau di tempat kerja pada siang hari. Adalah suatu
kebiasaan bagi orang Israel, khususnya mereka yang bekerja di kebun untuk
merenungkan Taurat di sela-sela waktu istirahat tengah hari. Mereka sering
duduk di bawah pohon anggur atau pohon ara. Inilah saat-saat pribadi (atau juga
kelompok) bertemu dengan Yahwe dan merenungkan munculnya Sang Tunas. Nabi
Yesaya menubuatkan bahwa Sang Tunas atau Raja Damai itu akan datang (Yes.
11:1-10). [Perhatikan! Meskipun Nabi Yesaya tidak menyebutkan secara jelas
Nazaret, tetapi penyebutan kata “tunas” menjadi asal usul kata Nazaret. Jadi,
dalam bahasa Ibrani, Nazaret berasal dari “netzer”
yang berarti “tunas” (Yes. 11:1). Nabi Zakharia juga menubuatkan pohon anggur
atau pohon ara melambangkan saat-saat permenungan orang Israel tentang Sang
Tunas atau Sang Mesias sejati itu (Zak. 3:10)]. Sebagai orang Israel,
Bartolomeus juga memahami, bahwa meskipun Nazaret itu desa kecil, Betlehem,
tetapi nubuat para Nabi tidak terbantahkan. Sang Tunas akan muncul dari
Betlehem di Nazaret.
Kala itu, Bartolomeus duduk bermenung di bawah pohon
di ara. Ketika Filipus datang bergabung dan mewartakan tentang Musa Baru dari
Nazaret, itu “sungguh nyambung” dengan apa yang ia sedang renungkan.
Bartolomeus agak ragu-ragu, namun tetap yakin teguh! Ketika Filipus membawa
Bartolomeus kepada Yesus, ia menjadi istimewa bagi-Nya. Yesus melihat kemurnian
jiwa Bartolomeus karena sering merenungkan Taurat. Inilah yang membuat Yesus
tidak menyinggung keragu-raguan Bartolomeus tetapi fokus kepada imannya yang
teguh. Bahkan Yesus bernubuat bahwa Bartolomeus akan sama seperti Bapa Bangsa
Yakub yang melihat malaikat-malaikat turun naik tangga melayani Allah (Kej.
28:12 – Yoh. 4:51). Yesus tahu bahwa Bartolomeus sungguh-sungguh paham tentang
Sang Tunas yang pasti muncul dari dalam Tanah Israel yang kering kerontang.
Yesus tahu, Bartolomeus percaya kepada-Nya. Seruan Bartolemeus semakin
memantapkan imannya, “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!”
Bartolomeus merujuk nubuat Nabi Yesaya tentang kedatangan Sang Raja Damai.
Karena itu, mungkin karena Bartolomeus orang Kana, Yesus berkenan mampir di
kota itu dan menghadiri sebuah perjamuan nikah. Di Kana itupun Ia melakukan
mujizat pertama-Nya.
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Kitab Suci
Nasional. Mari, luangkanlah waktu untuk merenungkan Sabda Allah. Dengan
merenungkan Sabda Allah, kita akan mengenal Allah. Rasul Bartolomeus
menunjukkan kualitas kepribadian yang langsung memikat Yesus karena ia paham
Kitab Suci. Ia memahami Kitab Suci berarti Ia memahami Allah. Ia memahami Allah
berarti Ia tahu dengan benar siapa yang diutus Allah. Dengan demikian
Bartolomeus memahami Yesus, Sang Putera Allah itu sendiri. Kita mengenal Allah,
bila kita memiliki waktu yang intens dengan-Nya. Seorang anak mengenal ibu dan
ayahnya karena setiap saat ia melihat wajah dan mendengar suara mereka.
Demikian pula seorang Kristen. Ia akan mengenal Allah dengan baik jika sering
mendengarkan Sabda Allah dan selalu memilki waktu untuk merenungkan kehendak
Allah bagi dirinya. Ketika kita sudah mengenal Allah, maka kita akan menjadi
saksi yang sejati. Tidak ada kepalsuan di dalam diri seorang saksi Allah yang
sejati: tidak ada kebohongan, korupsi, kolusi dan nepotisme. Kita adalah
saksi-saksi Kristus, Sang Putera Allah. Ia telah mengenal kita sejak dalam
kandungan ibu kita. Ia yang menciptakan kita dengan tangan-Nya sendiri. Karena
itu, pentinglah menjadi saksi Kristus yang sejati. Namun, penting untuk diingat
bahwa saksi Allah yan sejati ialah Kristus sendiri. Kristus harus menjadi
contoh nyata bagi semua orang tentang “saksi sejati yang datang dari Allah”
Sebagaimana Allah telah merahmati Rasul Bartolomeus dengan kesejatian, marilah
kita menjadi saksi-saksi Kristus yang sejati, tanpa kepalsuan! (Fr. Nifmasken).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar