Tubuh dan Darah Kristus untuk Kini sampai Kekal



Renungan Jumat, 15 April 2016
Hari Biasa Pekan III Paskah
Warna Liturgi Putih

“Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya" (Yoh. 6:58).

Hari ini Tuhan Yesus memberikan kesaksian tentang diriNya sendiri. Terhadap bangsa Israel, yaitu orang-orang Yahudi yang sedang bertengkar antara mereka, Tuhan mengungkapkan bahwa Dialah Roti Hidup yang turun dari surga. Orang-orang Yahudi tentu mengenang apa yang diperbuat Allah terhadap nenek moyang mereka saat berada di padang gurun, yaitu memberi manna di pagi hari dan burung puyuh di sore hari untuk dimakan. Itulah sebabnya mereka bertanya: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan" (Yoh. 6:52). Namun demikian, nenek moyang mereka itu telah mati meskipun mereka telah makan manna dan burung puyuh dari Allah (Kel. 16; Bil. 11:6-9). Sebab makanan yang mereka terima adalah makanan jasmani. Hal ini menyangkut kebutuhan fisik semata demi mempertahankan hidup.

Roti yang Yesus bicarakan adalah DiriNya sendiri. Bukan manna atau roti lain yang dipahami oleh orang-orang Yahudi sebagaimana nenek moyang mereka dulu. Roti ini adalah jaminan kehidupan dalam diri. Daging dan Darah Yesus adalah makanan untuk hidup yang kekal, untuk kebangkitan bersama Dia kelak ketika ajal manusia tiba. Dan ketahuilah, ketika orang menyantap Daging dan Darah itu, Yesus tinggal di dalamnya, sama seperti Ia tinggal di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia. Itulah sebabnya, Yesus membedakan Roti ini dengan manna yang turun dari Allah dulu kepada nenek moyang bangsa Israel. Mereka itu telah mati. Sekarang, yang ada di hadapan mereka (orang-orang Yahudi) adalah Roti Hidup, yaitu Yesus. Roti ini membawa orang kepada hidup yang kekal atau hidup selama-lamanya. Ini adalah makanan rohani, makanan surgawi.

Saudaraku, sang Sabda telah menjelma menjadi manusia, yaitu Yesus, Putera Bapa. Ia menjadi manusia supaya kita meneladaniNya dalam kata-kata dan perbuatan. Ia adalah Roti Hidup yang turun dari surga. Makan Daging dan minum Darah Yesus berarti turut serta dalam penderitaan dan kematianNya di kayu salib. Sebab hanya penderitaan dan kematian kita bersama Dialah yang mendatangkan kebangkitan untuk hidup yang kekal. Derita dan kematian yang mana? Derita itu adalah iman dan kesetiaan akan Dia dalam kata-kata dan kelakuan yang benar. Dan kematian itu adalah penyangkalan akan dosa-dosa, yaitu pertobatan yang sungguh-sungguh. Sama seperti St. Paulus (Saulus) yang bertobat dengan sungguh ketika mengenal Kristus. Maka harapan yang utuh ketika menyantap Tubuh dan Darah Kristus (Ekaristi Kudus) adalah menjadi serupa dengan Dia karena Ia tinggal di dalam kita. Kalau begitu, semua tentang kita adalah Kristus yang bangkit untuk tugas pewartaan yang menyangkut Dia demi memuji dan memuliakan Allah. (Fr. IEC).

Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
(Mzm. 117:1).

(Picture: www.pinterest.com)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar