Menunggu Menyakitkan, Setia Menyelamatkan



Renungan Sabtu, 9 April 2016
Hari Biasa Pekan II Paskah

Saudara terkasih, benar kata lirik lagu “menunggu ternyata menyakitkan”. Ketika yang dinantikan tak kunjung datang, praktis akan timbul rasa cemas serentak ketakutan. Kita mencemaskan orang yang dinantikan: kapan datangnya, ada dimana dia, mengapa bisa selama ini, jangan-jangan terjadi sesuatu padanya. Namun kita juga takut akan keberadaan kita sedang menunggu sendiri, akan adanya bahaya yang mengancam diri kita. Hal yang sama dialami para murid dalam bacaan hari ini. Ketakutan meliputi para murid yang sedang terombang-ambing di tengah laut diterpa angin kencang. Kenyataan tidak adanya Yesus di dalam perahu kian membuat mereka terdesak. Untunglah Yesus yang dinantikan tiba juga. Penantian akan keselamatan akhirnya datang juga.

Saudara/i-ku yang terkasih, bacaan hari ini mengajak kita untuk setia. Menunggu memang menyakitkan, namun kesetiaan untuk menunggu dan menanti memungkinkan kita bisa diselamatkan, apalagi jika yang ditunggu adalah Tuhan sendiri. Setia mengandaikan adanya sikap sabar dan percaya. Sikap sabar membuat kita mampu menahan diri dan tidak mudah putus asa atau mengeluh. Sedangkan percaya menandakan adanya keyakinan bahwa pasti ada hal baik di depan sana. Saudara terkasih, ketahuilah sesungguhnya Yesus tak pernah ingkar janji, sebaliknya hanya manusialah yang sering tidak sabar menunggu. Banyak masalah sering terjadi dewasa ini karena manusia tidak setia menunggu. Mari berdoa, agar kita tetap setia kepada Yesus entah dalam suka maupun dukacita yang kita alami sepanjang hidup dunia ini.

Rollyn Chutzer, seorang pemudi berkebangsaan Jerman, mendapati bahwa hari-hari hidupnya harus dilalui tanpa kedua orangtuanya. Tahun 1997, saat Rollyn berusia 8 tahun, rumah keluarganya di daerah Koln terbakar dan hanya ia yang selamat. Dalam kesaksiannya, ia menuturkan peran penting para pemadam kebakaran bagi dirinya: “Tidak, aku berpikir mustahil aku selamat setelah terjebak beberapa saat di dalam kamar pengap penuh asap. Namun ketika kulihat seorang petugas merengsek masuk ke kamarku, aku jadi tahu aku pasti selamat. Aku tak tahu apa yang dilakukannya nanti, namun kehadirannya menambah rasa optimisku”, tuturnya.

Dalam hidup manusia sering mengalami semacam perasaan cemas dan was-was. Ada orang yang cemas kalau-kalau tidak mendapat pekerjaan yang layak. Ada pemudi yang cemas jika hubungan dengan pasangannya berakhir. Para siswa pun was-was jangan sampai tidak lulus saat ujian akhir sekolah, begitu pula para pedagang mencemaskan dangangannya yang kurang laku di pasaran. Beberapa contoh ini menunjukan gejolak batin yang sering menghantui pikiran kita. Adalah wajar dan sangat masuk akal sebagai manusia kita mewaspadai baik dampak positif maupun negatif pilihan hidup kita. Namun di sinilah, pada puncak kecemasan dan ketakutan inilah yang seakan berbagai cobaan dan senantiasa bahagia kala menemukan orang yang dipandang cocok membantu kita. Yesus hari ini berpesan jangan takut. berserah padaNya memampukan kita melihat dengan jernih apa yang sebenaranya dikendaki oleh Allah terhadap kita. (Fr. MJT).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar