Hari Raya Semua Orang Kudus
Credo ut
intelligam, non intelligo ut credam (St. Agustinus Hippo)
Fides
quaerens intellectum (St. Anselmus Canterbury)
Di dalam pengakuan iman Kristen
terdapat ungkapan ini:
Aku percaya akan Roh
Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan
para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin. (Syahadat singkat)
Orang Katolik patut mengerti imannya
sendiri akan “persekutuan para kudus” di surga. Hari ini Gereja Universal
merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Maka mari sedikit mendalami ini demi
imanmu.
Sesudah pengakuan
akan “Gereja Katolik yang kudus” menyusul dalam syahadat “persekutuan para
kudus”. Artikel iman ini dalam arti tertentu adalah pengembangan dari yang
terdahulu: “Apa itu Gereja, kalau bukan perhimpunan semua orang kudus?”
(Niketas, symb. 10). Persekutuan para kudus itu adalah Gereja. [KGK 946].
Orang Katolik
percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus,
pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Bahwa Roh Kudus yang
diutus Bapa dan Putera pada saat hari Pentakosta atas semua orang yang percaya
adalah jiwa Gereja (Kis. 2:1-13). Roh Kudus adalah Allah yang menguduskan
Gereja. Karena itu Gereja adalah kudus supaya genaplah sabda Allah ini: “Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu
kudus, sebab Aku ini kudus” (Im. 11:44a). Allah adalah kudus maka semua
orang beriman, yaitu Gereja, dipanggil untuk menjadi kudus. Gereja yang
didirikan Yesus ini adalah kudus karena tangan yang mendirikannya, di atas batu
karang Rasul Petrus, adalah kudus, yaitu Allah.
Jadi kekudusan
Gereja ini tampak dari:
a)
sumber
dari mana Gereja berasal adalah kudus yaitu Allah,
b)
tujuan
dan arah Gereja adalah kudus yaitu Allah,
c)
jiwa
Gereja adalah kudus yaitu Roh Kudus,
d)
unsur-unsur Ilahi yang otentik yang berada di dalam
Gereja adalah kudus yaitu ajaran-ajaran dan Sakramen-Sakramennya,
e)
anggota-anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh
Kristus melalui pembaptisan dan diserahkan kepada Kristus serta dipersatukan
melalui iman, harapan dan cinta yang kudus.
Bagaimana dengan “persekutuan para kudus” dalam kaitannya dengan Gereja
yang masih ‘mengembara’ di dunia ini?
Ungkapan “persekutuan
para kudus” dengan demikian mempunyai dua arti, yang berhubungan erat satu
dengan yang lain: “Persekutuan dalam hal-hal kudus” [sancta] dan “persekutuan
antara orang-orang kudus” [sancti] [KGK 948].
Perlu diingat terlebih dahulu bahwa
Gereja Katolik berhak mendeklarasikan seseorang menjadi santo atau santa (orang
kudus) berkat gaya dan semangat hidupnya yang terarah kepada Kristus. Kanonisasi dan beatifikasi bukan proses ‘pembuatan’
seseorang menjadi santo atau santa, namun hanya merupakan deklarasi bahwa orang
itu adalah orang yang hidup kudus sama seperti Kristus berdasarkan kebajikan
hidup, pencapaian hidup heroik demi imannya yang ditunjukkan dalam hidup.
Menyangkut “persekutuan”,
Katekismus Gereja Katolik menyebutkan tentang persekutuan yang mengacu pada
hal-hal rohani (yaitu iman, Sakramen-Sakramen, karisma-karisma, kepemilikan
bersama, dan cinta) dan persekutuan Gereja di Surga dan di Bumi [KGK 949-953]. Gereja
Kristus, yaitu Katolik, adalah kudus dan senantiasa dipanggil untuk mencapai
kekudusan itu dalam persekutuan dan bantuan Roh Kudus.
Maka di dalam
iman yang satu, yang diterima dari para Rasul, dalam Sakramen-Sakramen Gereja
yang adalah ikatan-ikatan kudus, dalam karisma-karisma para anggota Gereja
berkat karunia Roh Kudus, dalam semangat kerelaan dan berbagi, dan dalam cinta
yang penuh pengorbanan, semuanya menjamin persekutuan rohani di dunia ini.
Gereja yang ada
di dunia ini tidak terlepas dengan para kudus di surga. Sebab persatuan mereka
yang sedang dalam perjalanan dengan para saudara yang sudah beristirahat dalam
damai Kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkan menurut iman Gereja yang
abadi diteguhkan karena saling berbagi harta rohani [KGK 955]. Gereja Katolik percaya bahwa mereka yang telah meninggal dunia, tetap
hidup, karena mereka tetap hidup di dalam Kristus. Kepada jemaat di Roma, Rasul
Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik
malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun
yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah,
ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih
Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:38-39).
Bahkan ketika Gereja merayakan Liturgi
Suci (perayaan Sakramen-Sakramen) di dunia ini, Gereja merayakannya dengan para
kudus di surga untuk Allah yang menyelamatkan dan menguduskan. Liturgi Suci
adalah perayaan antisipasi akan Liturgi surgawi. “Sebab karena para penghuni
surga bersatu lebih erat dengan Kristus, mereka lebih meneguhkan seluruh Gereja
dalam kesuciannya; mereka menambahkan keagungan ibadat kepada Allah, yang
dilaksanakan oleh Gereja di dunia [KGK 956].
Kita merayakan kenangan para penghuni
surga bukan hanya karena teladan mereka. Melainkan lebih supaya persatuan
segenap Gereja dalam Roh diteguhkan dengan mengamalkan cinta kasih
persaudaraan. Sebab seperti persekutuan kristiani antara para musafir
mengantarkan kita untuk mendekati Kristus, begitu pula keikutsertaan dengan
para kudus menghubungkan kita dengan Kristus, yang bagaikan Sumber dan Kepala
mengalirkan segala rahmat dan kehidupan Umat Allah sendiri” (LG 50) [KGK 957].
"Kita
percaya akan persekutuan semua warga beriman Kristen: mereka yang berziarah di
dunia ini; mereka, yang dimurnikan, setelah mengakhiri kehidupannya di dunia
ini; dan mereka, yang menikmati kebahagiaan surgawi; semua mereka membentuk
bersama-sama satu Gereja. Kita percaya juga bahwa dalam persekutuan ini cinta
kasih Allah dan orang-orang kudusnya selalu mengabulkan doa-doa kita" (SPF
30) [KGK 962].
Dengan demikian,
ketika orang Kristen percaya akan “persekutuan para kudus”, ia mengerti dengan
baik bahwa kekudusan itu sudah diperjuangkan dari dunia ini sampai pada
kehidupan di surga. Ia mengerti bahwa persekutuan para kudus itu hanya
dimungkinkan karena kesatuannya dalam Gereja yang didirikan oleh Kristus di
atas wadas Petrus sebab Gereja ini adalah kudus. Dalam kesatuannya dengan
Gereja Kristus yang kudus ini, ia
mengerti bahwa Gereja ini senantiasa berada dalam persekutuan dengan Gereja di
surga, yaitu para kudus itu dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Dan, kekudusan
yang diperjuangkan secara bersama-sama ini tidak pernah lepas dari cinta kasih
Kristus yang menyatukan, baik yang masih hidup di dunia ini, pun yang sekarang
hidup di surga bersama Allah Tritunggal Mahakudus.
Mengasihi#Gereja
Katolik#Mengasihi#Allah#Tritunggal#Mahakudus